17 Oktober 2015

Jelajah Negeri Tembakau “Lombok”: Cerita Gunung dan Laut (Bagian III)

Prima SW

ANGKA TADI BELUM berarti apa-apa. Beruntung kami dibawa ke Desa Paok Rengge, Lombok Tengah, untuk menengok macam apa rupa kebun tembakau.

Kami bergeser ke Paok Rengge tepat di jam makan siang. Di rumah Syamsul, petani tembakau muda yang melanjutkan kebun tembakau ibunya—dan disekolahkan dari hasil itu. Tidak ada mendoan hari ini, berganti dengan ayam taliwang, urap, dan sate lilit. Khas Lombok.

Habis makan, kami mengobrol di dengan Sukirman dan Syamsul. “Haji Sukirman,” ia mengenalkan diri. Haji dari tembakau. Ia bangga dengan itu dan berterima kasih kepada Djarum.

“Rokoknya apa, Pak?” Saya menanyakan rokok yang diisapnya sehari-hari.

“Surya.” Ia jawab begitu sambil senyum. Produk Gudang Garam.

Salah satu yang membuat Sukirman nyaman bermitra dengan Djarum karena Iskandar menetapkan harga beli lewat musyawarah dengan petani. Luas kebun Sukirman 0,8 hektare. Artinya, jika panen terbaik, ia mendapat margin Rp18,4 juta per panen. Dalam setahun panen sekali. Jika 18,4 juta itu dibagi untuk biaya hidup setahun, ada 1,5 juta untuk makan sekeluarga sebulan. Mengapa ia bisa naik haji?


Selama masa tidak menanam tembakau, kebun beralih menjadi sawah untuk padi. Padi gogo. Juga disambi menanam sayur. Di halaman rumah juga tampak oleh kami ternak seperti ayam. Semuanya untuk dimakan sendiri. Itulah mengapa banyak uang yang bisa disimpan dan konsumsi uang sangat kecil. Jangan tertipu oleh standar pengeluaran 2 dolar sehari yang ditetapkan Bank Dunia untuk kategori miskin. Justru model yang begini yang berdaulat.

Prima SW
Keluarga petani di desa umumnya memang tidak konsumtif untuk urusan pangan. Namun, situasi tertentu bisa menyebabkan rumah tangga di desa bisa konsumtif pangan. Hal tersebut ditemukan dalam riset sederhana Serikat Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) tahun lalu. Malangnya lagi, penghasilan keluarga kemudian habis separuhnya hanya untuk beli makanan.

Bekal pengetahuan serupa yang bisa dipakai ketika mendapati bahwa buruh tani tembakau dihargai Rp35 ribu untuk kerja sehari. Itu untuk laki-laki. Sementara tenaga perempuan dihargai Rp20 ribu per hari. Rantai produksi tembakau memang banyak, dan pasti, menyerap buruh harian lepas (BHL). Cuma karena kami tidak bertemu BHL, saya tidak bisa yakin pasti upah sebesar itu pantas.

Gudang tembakau juga menyerap banyak BHL. Di masa panen, ada 858 orang yang bekerja di sana, tapi yang tetap hanya 50–80-an (saya tidak ingat). Sehari upahnya Rp50 ribu.

“Dapat rokok gratis enggak, Pak?”

Pertanyaan itu ditujukan untuk Pak Cik, ia pegawai tetap Djarum. Itu nama julukan dari teman-temannya karena dulu sempat jadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia.

“Enggaklah. Beli sendiri.”

“Rokoknya apa?”

Lagi-lagi Surya. Walau kadang-kadang ganti L.A., katanya.

Sukirman adalah salah satu petani tembakau awal di desanya. Mulai tahun 1998. Tadinya sentra tembakau ada di Lombok Timur, kebunnya BAT. Melihat dia sukses, tetangganya ikut-ikutan. Wah, cerita sukses ini.

“Jadi, jumlah petani tembakau di sini berapa, Pak?” Sukirman tepat untuk menjawab itu karena ia juga kepala dusun.

“Sekitar lima keluargalah.”

Lo?

Rupanya tahun 2010 sempat terjadi gagal panen karena hujan terus turun. Banyak petani yang terbelit utang lalu berhenti menanam dan pergi jadi TKI ke Malaysia. Nusa Tenggara Barat adalah lumbung TKI terbesar keempat di Indonesia.

Usai makan kami melihat “oven” untuk mengeringkan tembakau. Wujudnya rumah bata berplafon tinggi. Bahan bakar tungkunya cangkang kemiri. Kalau sedang menyala, harus dijaga siang malam. Di dekat oven kami lihat saung terbuka. Itu tempat tidur Syamsul di malam hari jika sedang menjaga api.

“Tembakau di dalam rumah, orangnya di luar,” ia berkelakar.

Kami lalu pamit. Di jalan sempat mampir ke ladang tembakau, tapi tidak aktivitas apa-apa karena panen sudah rampung.

 
Senja di Senggigi. Model: Mbak Prit dan Mas Hakim. (Andrey Gromico)
Ngopi dan makan jagung bakar. Nuran nadah air mata. (Andrey Gromico)

KE LOMBOK TAPI absen ke pantai itu ibarat pakai ikat pinggang tapi celananya kelupaan. Jadi, menuruti suara hati orang-orang yang sudah pasti siap-siap pamer foto Sengigi di semua media sosial, mampirlah kami ke Pantai Senggigi tepat menjelang senja.
Senja di Senggigi bagus. Tapi di Kuta lebih bagus. Makanan di kaki lima juga murah. Jagung bakar dan kopi seduh sepuluh ribu. Di sini saya tahu jika yang khas Lombok lainnya adalah mutiara air tawar. Di sini dan di rumah makan yang kami singgahi selepas dari sini, saya dan teman-teman perempuan lainnya langsung memborong mutiara. Sangat bagus membeli barang yang dijual pedagang kecil di lokasi wisata alih-alih belanja di waralaba. Mulai dari pakaian, makanan, oleh-oleh. Semacam distribusi uang, bukan memusatkannya ke satu toko.

Kami makan malam di restoran dekat hotel bersama Iskandar dan istri,  Syamsul, dan kawan-kawan lainnya. Karena hari itu, 3 Oktober, bertepatan dengan Hari Kretek, sehabis makan kami berdiskusi tentang tembakau dan ekonomi Lombok dengan Paox Iben, orang Semarang yang sudah lama meneliti Lombok. Lengkapnya bisa dibaca di sini.


1 komentar:

  1. saya IBU ENDANG seorang TKI DI MALAYSIA
    pengen pulang ke indonesia tapi gak ada ongkos
    sempat saya putus asa apalagi dengan keadaan susah
    gaji suami saya itupun buat makan sehari2. sedangkan hutang banyak
    kebetulan suami saya buka-buka internet Dan mendapatkan
    nomor MBAH KASSENG (0853-4288-2547) katanya bisa bantu orang melunasi hutang
    melalui jalan TOGEL dan dengan keadaan susah, terpaksa saya
    hubungi dan minta angka bocoran Toto/malaysia
    angka yang di berikan waktu itu 4D 
    ternyata betul-betul tembus 100% alhamdulillah dapat 269.jt Oleh Karna itu saya posting no HP MBAH KASSENG ini supaya saudarah-saudara ku di indonesia maupun di luar negri yang sangat kesulitan masalah ekonomi (kesusahan) jangan anda putus asa. Karna jalan masih panjang yang penting anda tdk malu atau takut menghubungi MBAH KASSENG. Semua akan berubah Karna kesuksesan ada pada diri kita sendiri. Yakin dan percaya bahwa itu semua akan tercapai berkat bantuan dari mbah AMIN.
    MBAH KASSENG
    NO: 0853-4288-2547 / +6285-342-882-547

    BalasHapus